Selasa, 23 Oktober 2012

Pendaftaran 'XXI Short Film Festival' sampai 10 Desember


PEMBUAT film pendek di Indonesia  mendapatkan berkah baru. Pasalnya pemilik jaringan bioskop terbesar,  Cineplex 21 dan XXI akan menggelar  ‘XXI Short Film Festival’.  Ajang penilaian karya film pendek Terbaik ini mulai menerima peserta dari seluruh Indonesia (selengkapnya bisa klik  www.21shortfilm.com)
    “Acaranya sendiri baru digelar pada Maret 2013 selama tiga hari,” ujar Catherine Keng, selaku Festival Direcetor ‘XXI Short Film Festival’ kepada Tabloid Kabar Film, Selasa (23/10) pagi.
     Selama tiga hari (Jumat-Sabtu-Minggu / 22-24 November) festival diadakan berbagai kegiatan seperti pemutaran film-film dari kompetisi, non-kompetisi, serta retrospektif dan diskusi sutradara-sutradara Indonesia. 
   Pada hari pertama (malam pembukaan) festival diputar karya film pendek internasional  dan film pendek terpilih.  Hari kedua, pada diputar film-film finalis kompetisi, film pendek internasional, retrospektif dan diskusi, dan pada hari Ketiga  diputar film-film finalis kompetisi, retrospektif, dan diskusi.  “Malam terakhir festival  juga merupakan malam pemberian penghargaan,” lanjut Catherine Keng.
   Menurut dia, ajang ‘XXI Short Film Festival’ merupakan tempat bagi para pembuat film pendek Indonesia untuk berkarya, sekaligus meluncurkan dan mempertunjukkan karya-karya mereka. Selain itu, juga menjadi tolak ukur kualitas perkembangan film pendek di tanah air.
   “Diharapkan, kegiatan ini menjadi ajang pembelajaran untuk bakat-bakat baru di bidang film pendek Indonesia,” sambung Catherine.
    Film-film peserta yang terpilih akan dikompetisi menjadi finalis kompetisi yang dinilai oleh juri dari kalangan perfilman nasional. 
    Adapun jenis atau katagori penghargaan film yang dikompetisikan adalah Film Pendek Fiksi Terbaik,
Film Pendek Dokumenter Terbaik, Film Pendek Animasi Terbaik, Film Pendek Fiksi Pilihan Media, Film Pendek Dokumenter Pilihan Media,  dan Film Pendek Animasi Pilihan Media.
   Panitia ‘XXI Short Film Festival’ terdiri dari Festival Advisors (Harris Lasmana, Shanty Harmayn, dan Eric Sasono), Festival Director (Catherine Keng), Program Director (Nauval Yazid), Programming Team (Damar Ardi, Adrian Jonathan Pasaribu, Varadila), Program Assistant (Andhika Annas Satria), Web Administrator (Muhammad Omar Azis), Administration Manager (Lenny Sumitra).
   Ditambahkan oleh Catherine, ‘XXI Short Film Festival’ mempunyai target penonton  dari kalangan mahasiswa, penonton film, dan pembuat film.  “Karena ketiga komponen inilah yang utama dalam mengembangkan apresiasi film Indonesia, dan festival ini bertujuan untuk lebih meningkatkan peran serta  mereka dalam kemajuan kualitas film Indonesia,” jelasnya.
   Selama festival, para penonton  diharapkan aktif berpartisipasi dalam seluruh kegiatan rangkaian acara festival. Di luar festival, situs XXI Short Film Festival akan terus aktif dan terbuka bagi para pembuat film untuk bertukar ide dan informasi mengenai pembuatan dan kegiatan pemutaran film pendek.
   Situs ini juga akan berfungsi untuk memutar film pendek, sekaligus memberikan materi pembelajaran seputar pembuatan film pendek.
   
Penghargaan 
  Panitia akan memberikan tiga penghargaan utama berupa uang tunai Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk masing-masing pemenang dan sertifikat dari Cinema 21.
  Tiga penghargaan pilihan media masing-masing akan mendapat hadiah uang tunai Rp. 2.500.000 (dua juta lima ratus ribu rupiah) dan sertifikat dari Cinema 21.
   “Film pemenang akan diputar dalam pemutaran reguler secara khusus di Cinema 21 seusai festival,” jelas Catherine, seraya menyebutkan batas waktu pendaftaran adalah 10 Desember 2012.
    Panitia akan melakukan seleksi dan memilih maksimum 10 (sepuluh) finalis di setiap kategori film pendek yang dilombakan. Penilaian masing-masing kategori kompetisi akan dilakukan oleh juri yang dipilih oleh panitia festival. Nama-nama juri akan diberitahukan kemudian. (kf1)

Sabtu, 20 Oktober 2012

FFI 2012 telan biaya Rp16,2 Miliar

Syamsul Lussa, Duto Sulistyadi dan Ukus Kuswara
DIBANDING tahun-tahun sebelumnya, ajang penghargaan Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2012 mendapat limpahan biaya berlipat-lipat, dengan total Rp16,2 Miliar. “Ini bukti keseriusan pemerintah,” kata Drs Syamsul Lussa MA, Direktur Pengembangan Industri Perfilman (PIP) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sabtu (13/10) malam di Metropole Theater, Jakarta.
   Ajang bergengsi bagi insan perfilman nasional ini memasuki penyelenggaraan ke-31 yang Malam Puncaknya direncanakan akan dilaksanakan di Yogyakarta, 8 Desember 2012. Sementara itu, Duto Sulistiadi selaku Ketua Panitia Pelaksana FFI 2012 mengatakan, “Ada sekitar 60 judul film bioskop, 50 judul film televisi (FTV), dan 50 judul film pendek yang akan dinilai dalam penyelenggaraan FFI tahun ini,” katanya, saat berpidato.
   Duto menambahkan FFI tahun ini akan mengusung tema “Film Kita, Wajah Kita”. Sedangkan malam pengumuman nominasi FFI dilangsungkan pada 24 November 2012. Dan puncaknya, akan berlangsung di halaman Benteng Vrederburg, Yogyakarta, 8 Desember.
   Sekjen Ekonomi Kreatif berbasis Seni dan Budaya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Drs Ukus Kuswara MM yang juga hadir mewakili pihak pemerintah, juga menekankan pentingnya ajang tahunan ini.
   Para pemenang FFI diharapkan mampu bersaing dengan film peserta festival film mancanegara. “Kami memutuskan untuk mengikutkan pemenang FFI 2011, Sang Penari di ajang Academy Award tahun 2013,” kata Ukus Kuswara.
   Perihal kucuran anggaran penyelenggaraan sebesar Rp16,2 M, Syamsul Lussa menyebutkan, “Ada dua tahap. Pertama kita keluarkan Rp 4 miliar. Kemudian kita keluarkan lagi Rp 12,2 miliar. Totalnya Rp 16,2 miliar,” jelas Syamsul.
  
Katagori baru
Seperti tahun lalu, FFI yang kali ini mengangkat tema “Film Kita Wajah Kita” melombakan empat jenis kompetisi: film bioskop, film pendek, film dokumenter, dan film televisi. Yang terakhir itu hanya untuk film-film dengan durasi tayang minimal 70 menit atau lebih dikenal sebagai FTV.
   Duto menargetkan sekitar 60 judul bioskop dan 50 film televisi akan didaftarkan mengikuti kompetisi. Wakil Ketua Bidang Festival, Aditya Gumay, yang membawahi kompetisi dan penjurian, menjelaskan, pada kompetisi film bioskop awalnya akan digunakan sistem penjurian dengan Komite Nominasi seperti tahun lalu.
   “Saya pribadi menganggap system itu sudah ideal,” katanya. Namun kemudian dengan berbagai pertimbangan panitia memutuskan kembali menggunakan sistem Komite Seleksi. Sebagaimana diketahui, Komite Seleksi mulai diterapkan ketika jumlah film peserta semakin banyak sehingga merepotkan juri. Komite yang sering disebut juri awal tersebut menilai seluruh film peserta dan memilih
film-film yang secara utuh (in toto) dianggap baik untuk dinilai oleh Dewan Juri. Sistem ini beberapa kali menimbulkan kontroversi.
   Penyebabnya, sejumlah film yang memiliki unsur-unsur menonjol tidak dipilih oleh komite yang memang hanya ditugaskan menilai film, bukan unsur-unsurnya. Untuk menghindari tumpang-tindih penilaian itulah pada FFI 2011 diperkenalkan system baru penjurian.
   Komite Seleksi diganti dengan Komite Nominasi yang fokus melakukan penilaian kualitas teknis untuk menetapkan nominasi unsur-unsur terbaik. Komite beranggotakan 21 pekerja film dalam tujuh bidang (pemeranan, penyutradaraan, cerita dan skenario, sinematografi, artistik, penyuntingan, suara dan musik). Dewan Juri, yang terdiri dari tiga anggota komite dan empat juri baru, tinggal memilih pemenang Piala Citra.
   Meskipun kembali menggunakan komite seleksi, tahun ini terdapat perubahan dalam jumlah dan komposisi juri. Komite Seleksi beranggotakan Sembilan juri — terdiri dari lima pekerja film serta empat seniman, budayawan, dan pengamat atau kritikus film — akan memilih 10- 15 film pilihan. Untuk menjaga kesinambungan penjurian, semua anggota komite kemudian menjadi anggota Dewan Juri ditambah enam juri baru. “Jadi total ada 15 juri yang akan menetapkan nominasi dan memilih pemenang,” kata Aditya.
   Unsur-unsur yang akan dinilai menurut Adit sama seperti tahun lalu, dengan tambahan satu kategori baru, yaitu Penata Efek Visual Terbaik.

Tidak berubah
Penjurian film pendek, dokumenter, dan televisi tidak mengalami perubahan. Tujuh juri (film televisi) dan masing-masing lima juri (film pendek dan dokumenter) menilai seluruh film peserta untuk menetapkan nominasi dan pemenang. “Tapi ada sedikit perbedaan dalam persyaratan peserta film pendek, yaitu durasi maksimalnya kini 20 menit. Bukan 30 menit seperti tahun lalu,” jelas Akhlis Suryapati, koordinator penjurian film pendek dan dokumenter.
   Akhlis juga mengatakan anggota juri pada keempat kompetisi sudah tersusun tapi masih akan difinalisasi dalam rapat pleno panitia untuk disahkan. “Jadi sebaiknya jangan diumumkan dulu,” ucapnya. Pendaftaran film peserta FFI 2012 mulai dibuka sejak peluncuran akhir minggu lalu dan ditutup 31 Oktober. Informasi dan pendaftaran bisa dilakukan ke Sekretariat Panitia Pelaksana FFI 2012, Gedung Film Lantai 1, Jalan MT Haryono Kav 47-48 Jakarta 12770, atau melalui email sekretariatffi@gmail.com.
   Aditya mengingatkan, “Film bioskop yang bisa didaftarkan adalah film-film yang belum pernah mengikuti FFI sebelumnya dan/atau lolos sensor antara 1 Oktober 2012 sampai dengan 31 Oktober 2012. (kf1/bob)

Omnibus 'Jakarta Hati' membuka Balinale 2012


FILM omnibus besutan Salman Aristo, Jakarta Hati akan tayang perdana di dunia sekaligus menjadi film pembuka Balinale International Film Festival pada 22 Oktober 2012. Film yang dibintangi sejumlah pemeran seperti Slamet Rahardjo, Didi Petet, Jajang C Noer, Roy Marten, Andhika Pratama, Dwi Sasono, Agni Pratistha, Dion Wiyoko, Shahnaz Haque, Framly Nainggolan, dan Asmirandah akan dirilis 8 November.
   Jakarta Hati menjadi salah satu dari 34 film yang ditayangkan di festival internasional di Indonesia yang tahun ini diselenggarakan di Cinema XXI Beachwalk Kuta, Bali. Pendiri BALINALE, Deborah Gabinetti, memuji kualitas film yang lolos seleksi dari 350 film yang diterima komite seleksi.
   “It is a very good film, the production quality is there, the acting is there, the story is there, I think it would be an interesting film as I said, not only Indonesian but for the foreigners and the expats,” (Itu adalah film yang sangat bagus, produksinya berkualitas, aktingnya bagus, ceritanya bagus. Saya kira itu akan jadi film yang menarik, seperti saya bilang, bukan cuma untuk orang Indonesia tapi juga untuk orang asing dan para ekspaktriat).
   Produser Jakarta Hati, Lavesh M Samtani, pun mengaku bangga filmnya bisa tampil di Balinale. Selama seminggu, puluhan film dari beragam genre akan ditampilkan. Selain Jakarta Hati, film Indonesia yang juga menjadi bagian Balinale adalah Lovely Man karya Teddy Soeriaatmadja. Film yang dipilih menjadi Closing Night Special Screening itu akan ditayangkan pada 26 Oktober.
   Christine Hakim, co-founder Balinale, optimis bahwa festival ini bisa menjadi batu loncatan bagi para sineas lokal untuk berbagi ilmu dengan sineas terkemuka dari mancanegara ataupun memperkenalkan
karyanya ke kancah internasional. Christine mengatakan, Balinale mengundang orang-orang penting di dunia perfilman Hollywood, Asia, dan Eropa.
   Menurut dia, film Indonesia akan jadi prioritas tontonan bagi mereka. “Yang saya tahu mereka nggak akan melihat film asing karena mereka bisa melihat film itu di festival-festival lain. Pasti mereka akan memberikan prioritas untuk film lokal,” katanya di Jakarta, Jumat sore.
   Balinale memberikan hiburan untuk anak-anak dalam Free Children’s Film Programme. Langit Biru yang disutradarai Lasja F Susatyo menjadi salah satu pengisi program yang berlangsung pada 26-27 Oktober. Pada tahun ke-6 penyelenggaraan festival ini, Deborah menyebutkan bahwa jumlah film Indonesia yang ditayangkan memecahkan rekor dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu enam film. (kf1/ant)

Sabtu, 13 Oktober 2012

FLAN 2012 mencari pencipta lagu anak-anak

APA judul lagu anak-anak yang saat ini sedang hits? Jangankan lagunya, penyanyinya pun sulit ditemukan. Tetapi, kalau lagu orang dewasa yang dinyanyikan oleh anak-anak, sangat banyak. Ironisnya sejak era penyanyi anak-anak Sherina Munaf dengan lagu-lagu yang bergizi, hingga saat ini tak ada lagu dan penyanyi anak yang menyeruak di belantara industri musik tanah air. Kepriharinan atas perkembangan lagu anak Indonesia ini, termasuk lagu yang jauh dari nilai-nilai edukasi ditanggapi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dengan menggelar Festival Lagu Anak Nusantara 2012. 
   Wakil Menteri bidang Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof Ir Wiendu Nuryati MArch PhD mengatakan, setelah sekian lama menimbang bahwa perkembangan lagu anak mengalami kemandekan, akhirnya Kemdikbud menggagas acara itu.
   Wiendu menyadari kualitas vokal dan teknik penyanyi anak-anak sangat banyak dan baik. ”Sayangnya, hal itu tidak diimbangi oleh perkembangan lagu anak-anak yang edukatif dan menghibur dan sesuai dengan usia anak-anak,” kata dia di Jakarta, baru-baru ini.
   Yang ada saat ini, menurutnya, anak-anak menyanyikan lagu orang dewasa. Yang lebih memprihatinkan, lanjutnya, dalam banyak lomba menyanyi di berbagai televisi swasta, anak-anak dipilihkan lagu orang dewasa dengan cara menyanyi seperti orang dewasa, termasuk cara berdandannya.
   Berangkat dari keprihatinan itulah, panitia yang dipimpim Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kemendikbud Drs Sulistyo Tirtokusumo bersama pemerhati musik Bens Leo akhirnya mematangkan Festival Lagu Anak Nusantara 2012.
   Menurut Bens Leo, pengamat musik yang juga Ketua Pelaksana Festival Lagu Anak Nusantara 2012, acara dalam festival ini meliputi lomba penyanyi anak, bazaar seni budaya dan mainan anak, panggung apresiasi seni anak, diskusi musik dan mainan anak, juga klinik pelatihan musik anak.

Belajar Sportivitas
Dalam ajang itu, lagu anak bisa berbahasa Indonesia bisa juga berbahasa daerah. Untuk itu, panitia menyediakan hadiah yang totalnya Rp 225 juta untuk pemenang 10 lagu terbaik. Hadiah tertinggi Rp 25 juta dan terendah Rp 5 juta.
   Trie Utami yang akan menjadi juri dalam grand final lomba cipta lagu anak dan lomba penyanyi anak mengatakan, ajang semacam ini sangat baik untuk membentuk kualitas dan profesionalitas anak dari dini.    
   ”Karena anak-anak bisa belajar arti sportivitas sekaligus memupuk bakat dan bersosialisasi dengan kawan seumuran,” katanya.
   Selain Trie Utami, nama lain yang dilibatkan sebagai juri pada babak penyisihan hingga grand final adalah Erwin Prasetya, Naniel Yaqin, Bens Leo, Gideon Momongan, Dian HP, Elsa Segar, Purwa Caraka, dan Sinta Priwit. Adapun Dwiki Dharmawan, Chica Koeswoyo, Ucie Nurul, Kak Seto, dan Ati Ganda akan bertindak sebagai pemberi materi pada klinik musik.
   Grand final akan digelar Jumat (30/11) di Tennis Indoor Senayan Jakarta dengan melibatkan sejumlah penampil seperti Super 7 dan Perkusi Anak Gilang Ramadhan Music School. Untuk informasi lengkap, peminat bisa mengecek langsung di laman www.festivallaguanaknusantara.com. (kf1)

Jumat, 12 Oktober 2012

Pemerintah sewa hak tayang sejumlah film nasional

Drs Sulistyo Tirtokusumo MM
PEMERINTAH akan menyewa hak tayang  film produksi nasional. Untuk itu, dari 9 Oktober hingga 24 November 2012 dilakukan seleksi terhadap film-film yang sudah diproduksi pada tahun 1980-2011. Sebanyak 20 judul film yang lolos berdasarkan kriteria yang telah ditentukan akan ditayangkan selama satu tahun ke seluruh pelosok tanah air melalui bioskop rakyat, mobil keliling dan sekolah.
   Demikian pernyataan dalam konperensi pers berjudul “Fasilitasi Pembelian Film Right” di ruang Graha 1, Lantai 2, gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Selasa 9 Oktober yang diberikan oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan  Wiendu Nuryanti dan Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Kemendikbud Sulistyo Tirtokusumo.
   Sewa hak tayang film ini bertujuan untuk mewujudkan pembangunan ekonomi perfilman maupun pengembangan karakter bangsa. Selain itu juga mendorong munculnya bentuk-bentuk baru akses pemutaran film seperti bioskop rakyat dan mobil keliling.
   Sewa hak tayang film ini ini akan memperluas kesempatan masyarakat mengakses pertunjukan film nasional. Bagi para sineas nasional, program ini pun merupakan bentuk apresiasi pemerintah terhadap film karya anak bangsa yang memiliki nilai pembangunan karakter bangsa.
   “Ini bentuk apresiasi dari pemerintah kepada para sineas. Program ini juga akan meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap film yang diproduksi sineas Indonesia” tutur  Wiendu Nuryanti.  “Film sebagai hasil dan cerminan budaya perlu difahami bukan hanya sebagai komoditi ekonomi tetapi harus dipahami pula fungsinya sebagai sarana penerangan, pendidikan dan hiburan,” tutur Wiendu lagi.
   Untuk menentukan film-film nasional yang akan ditayangkan ke seluruh pelosok tanah air, pemerintah terlebih dahulu akan melakukan seleksi terhadap film yang telah lulus Lembaga Sensor Film (LSF).  Pemilihan judul film ini dilakukan oleh  tim ahli yang berjumlah 13 orang. Mereka terdiri dari ahli perfilman, ahli kebudayaan, dan ahli pendidikan.
   Film-film tersebut diseleksi berdasarkan kriteria antara lain yang mengandung 18 nilai-nilai pendidikan karakter.  Nilai-nilai tersebut adalah  religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
   “Semua kriteria itu ditentukan dalam rangka mencerdaskan bangsa serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia,” kata Sulistyo Tirtokusumo. Untuk tahun ini sudah ada 60 judul film yang dijaring oleh panitia. Film-film tersebut kemudian diseleksi berdasarkan kriteria dan kelak yang akan lolos hanya 30 judul film. Itu pun masih akan di saring lagi hingga tinggal 20 judul film. “Film yang sudah lolos saringan inilah yang akan disewa hak tayangnya dan akan ditayangkan melalui sinema keliling dan bioskop rakyat,” kata Sulistyo.
   Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan perfilman yang dilakukan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Secara beruntun dalam seminggu terakhir ini beberapa acara lain sedang dan siap dilaksanakan, antara lain: ajang Apresiasi Film Nasional, Jambore Film Pendek, dan lomba penulisan skenario, di samping rencana pembenahan Lembaga Sensor Film yang berupa pengetatan penyensoran dan pengurangan tenaga penyensor.
   Seperti diketahui, kegiatan perfilman sekarang dikelola oleh dua kementerian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengelola sisi pengarsipan dan apresiasi film, sementara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengelola sisi industrinya. (kf1)